Rabu, 11 April 2012

AGAMA BATAK (UGAMO BATAK)

Sebelum masuknya agama-agama ke Tanah Batak (pra 1820-1850), masyarakat Batak mempunyai kepercayaan religi tertentu yaitu Malim sebagai ugamo Batak (agama Batak). Penganut “Malim” disebut “Parmalim” (kaum alim/saleh). Agama ini bukan “Parbaringin”, karena sebutan Parbaringin adalah untuk pendeta penyelenggara ritual pertanian; dan bukan si Pelbegu/Pelebegu (Pel/Pele = memberi sajen, begu=roh). 

Agama “Malim” percaya dan menyembah Ompu Mulajadi Na Bolon (Sang Maha Pencipta. Mulajadi=Pencipta, Na Bolon= Sang Akbar/Maha Besar). Ompu Mulajadi Na Bolon sebagai Debata (Tuhan) yang menciptakan semesta raya, bumi beserta isinya, termasuk manusia. Menurut “Parmalim,” Ompu Mulajadi Na Bolon sebagai penguasa tertinggi di jagad raya, yang tidak bermula dan tidak berakhir (Na so marmula jala Na so marujung), bertahta di tempat maha tinggi di langit yang tertinggi (hundul di tatuan, di ginjang ni ginjangan, di langit ni langitan).

Agama Malim: mewajibkan ritual “mangorom” (puasa/saum) pada waktu tertentu berdasarkan parhalaan (penanggalan/kalender Batak, menurut perhitungan peredaran bulan mengelilingi bumi); mengharamkan (subang) mengkonsumsi daging hewan yang tidak disembelih (bangkai hewan), daging babi atau anjing dan darah.

Saat ini Malim atau Parmalim disebut sebagai "Aliran Kepercayaan Batak"
 
 

AGAMA BATAK (UGAMO BATAK) II

Agama asli Batak adalah Malim *), sebagai agama yang dianut oleh Raja Sisingamangaraja di Bakara. Kepercayaan ini masih hidup ditengah pengikutnya, meskipun di tempat asalnya di Bakara sudah jarang dijumpai **).  Agama Malim percaya dan mengakui Allah Yang Esa, yaitu Ompu Mulajadi Nabolon sebagai Sang Maha Pencipta, Khalik dan Sang Penjadi Semesta. ***)

Raja Sisingamangaraja yang dikenal dengan kesaktiannya dalam berbagai catatan sejarah dan kisah kehidupannya sebelum bertindak senantiasa terlebih dahulu memohon kepada Ompu Mulajadi Nabolon, sehingga terjadilah mukjizat, seperti pada cerita asal mula terjadinya air terjun "Aek Sipangolu" di Bakara. ****)

Kepercayaan kepada Ompu Mulajadi Nabolon ini telah ada sejak Raja Gumeleng-Geleng (Raja Uti).  Saat lahir, wujudnya tidak sempurna, tidak mempunyai kaki dan tangan, tetapi tekun beribadah kepada Ompu Mulajadi Na Bolon.  Berkat ketulusan hatinya, yang putih suci, murni tidak ternoda, atau na puti sohaliapan na puti sohapupuran, doanya terjawab dan ia dapat bersalin rupa menjadi manusia sempurna.  Raja Uti, disebut sebagai Raja Hatorusan, “hatorusan patik dohot uhum”, Raja na pitu hali malim, na pitu hali solam  yakni Raja Utusan, yang tujuh kali alim dan tujuh kali soleh, yang membawa wahyu untuk memberikan pengajaran kepada umat keturunan Batak di bidang hukum dan aturan yang berasal dari Ompu Mulajadi Nabolon.*****). 

Amanah ini kemudian diteruskan kepada keponakannya Sisingamangaraja menjadi generasi berikutnya "Raja Hatorusanhatorusan ni Debata, hatorusan ni sombaon, hatorusan ni patik dohot uhum."  Sebagai penerima wahyu dan utusan Ompu Mulajadi Nabolon untuk menata dan menjaga kehidupan masyarakat yang tertib dan beradab, mewakili segala yang dihormati, penegak peraturan dan hukum.  Sebagai Raja na pitu hali malim na pitu hali solamsebagai pemimpin religi, seorang Raja yang  tujuh kali alim dan tujuh kali saleh.******)

Dari cerita tersebut dapat dilihat nilai-nilai ajaran, sifat dan suri tauladan Leluhur Batak yang alim dan saleh bahwa "segala sesuatu yang dimohonkan dengan iman, kesungguhan dan ketulusan hati akan menjadi mukjizat nyata atas izin Tuhan Yang Maha Kuasa.

________________________________
Lihat dengan Klik : 
*) Ugamo Batak,  **)  Sebagai informasi berita, pada blog ini ditambahkan menu BERITA PILIHAN untuk membaca informasi terkini mengenai Kegiatan Agama Malim (Okezone Travel, 20 Februari 2012).  ***) Bandingkan dengan membaca Buku "Dendang Bakti" yang diinformasikan di Blog ini, Rabu 27 April 2011.  Dendang Bakti;  ****) Aek Sipangolu (Air Kehidupan)*****) Raja Uti******) Sisingamangaraja: Kedudukan, Fungsi dan Wewenang
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar