Batak Toba merupakan sub suku Batak. Selain Batak Toba, sub suku Batak yaitu Simalungun,
Karo, Pakpak-Dairi dan Mandailing-Angkola. Masing-masing sub-suku
mendiami wilayah tertentu, mempunyai adat istiadat, tradisi, bahasa,
aksara dan kepercayaan dengan ciri tersendiri, meskipun diantaranya
terdapat persamaan atau kemiripan satu sama lain.
Batak
Toba mempunyai banyak persamaan di dalam adat budaya maupun bahasa
dengan Batak Simalungun. Antara Batak Toba dengan Batak
Mandailing-Angkola mempunyai banyak persamaan di dalam bahasa. Yang
tampak menonjol perbedaan antara sub suku Batak adalah Batak Karo dan
Batak Pakpak.
Batak Toba kadangkala disebut juga suku Tapanuli, berdasarkan wilayah geografis
tempat tinggalnya, tetapi sekarang ini sudah jarang dipergunakan.
Apalagi dengan pemekaran kabupaten Tapanuli menjadi beberapa kabupaten
tanpa nama “Tapanuli” seperti Kabupaten Tobasa (Toba Samosir), Humbahas
(Humbang Hasundutan) menyebabkan kebiasaan tersebut perlahan-lahan
memudar.
Tapanuli
berasal dari kata “tapian” dan “nauli”. “Tapian” artinya air dan
“nauli” artinya yang elok, indah, cantik. Tapanuli adalah wilayah yang
berada di sekitar Danau Toba, memiliki banyak mata air, sungai dan
danau. Di tengah Danau Toba terdapat Pulau Samosir dan di tengah Pulau
Samosir terdapat danau, bernama Danau Sidihoni.
Selanjutnya jika dikatakan Batak, maka identik dengan Batak Toba. Dewasa ini sub suku Batak lainnya lebih sering disebut
sebagai “orang” atau “suku” Simalungun, Karo, Pakpak-Dairi atau
Mandailing-Angkola karena keunikan dan kekhasan masing-masing. Tetapi
ketika di perantauan atau berada jauh dari lingkungan sukunya beberapa
di antaranya mengidentifikasi sebagai Batak, dengan menyebut suku Batak
Karo, Batak Pakpak-Dairi atau Batak Mandailing-Angkola kepada pihak
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar