Rabu, 11 April 2012

SEJARAH DAN PANDANGAN TENTANG BATAK OLEH BANGSA BARAT

Suku Batak meskipun terisolasi selama ratusan tahun, sempat menjadi perhatian pedagang atau sejarawan Barat mengenai adanya wilayah atau suku Batak, beberapa di antaranya yakni:
  1. Niccolo de Conti, tahun 1449, seorang pedagang dari Venesia, yang berkelana selama 25 tahun di Asia bagian Selatan. Ia menyebut Batech untuk Suku Batak yang bermukim di salah satu bagian pulau Sumatra ("In a certain part of this island (Sumatra) called Batech, …."). 
  2. Odoardus Barbosa, 1516, dari Lisbon, Portugis "Terdapat kerajaan lain di bagian Selatan yang merupakan sumber utama emas, dan ke pedalamannya lagi, disebut Aaru (berdekatan dengan wilayah Batta..." ("There is another kingdom to the southward, which is the principal source of gold; and another inland, called Aaru (contiguous to the Batta country), …." )
  3. Tahun 1563Joao de Barros, seorang sejarawan dan pegawai pemerintah Portugis untuk wilayah India, menyebut Batas untuk suku Batak ("The natives of that part of the island which is opposite to Malacca, who are called Batas,…."). 
  4. Augustin de Beaulieu, 1622, seorang Jenderal Perancis yang pernah ditugaskan dengan ekspedisi bersenjata ke Hindia Timur, mencatat, "Penduduknya independen, dan berbicara dengan bahasa yang berbeda dengan kaum Melayu. ("The inland people are independent, and speak a language different from the Malayan...")
  5. Deskripsi tentang Suku Batak, wilayah dan budayanya pertama kali dilakukan oleh William Marsden, tahun 1783, dalam bukunya “The History of Sumatra: Containing An Account of the Government, Laws, Customs and Manners of the Native Inhabitants,”  terbit tahun 1811.  Ia seorang pegawai pemerintah Inggris yang pernah bertugas di Bencoolen (Bengkulu), Sumatra, selama 10 tahun, menyebut Batak dengan Battas sebagai salah satu penduduk Sumatra bagian Utara (The Battas, inhabitants of the northern end of Sumatra). Marsden menyatakan alam, keindahan negeri, serta adat istiadat Suku Batak sangat luar biasa (extraordinary land, beauty, and custom). Suku Batak mempunyai istiadat (customs) dan pola kehidupan (manners) masyarakat yang luar biasa istimewa (genius), asli (original) dan berbeda dengan suku-suku lain di Sumatra.
  6. Tahun 1842,  Franz Willem Junghuhn, seorang ahli geografi German membuat peta wilayah Mandailing, Angkola, Padang Lawas, Sipirok-Silindung, Pangaribuan, Sipahutar, Sigotom, Bila dan Kualuh (Daerah Asahan – Labuhan Batu).  Tahun 1847 diterbitkan dalam bukunya, “Bescheiburg der Batalander” atau sumber lain menyebutkan laporannya, “Die Batalander auf Sumatra.” Tulisan Junghuhn membangkitkan minat Belanda ke tanah Batak.
  7. Tahun 1927 Pemerintah Hindia Belanda secara resmi menugaskan J.C. Vergouwen untuk meneliti adat dan hukum tanah Batak.  Hasil penelitian Vergouwen baru dipublikasikan pada umum dalam bahasa Inggris tahun 1964 dalam buku, “The Social Organization and Customary Law of the Toba Batak of Northern Sumatra.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar